OPINI - Semua survei di Jakarta merilis hasil bahwa elektabilitas Anies tertinggi. Hampir tiga kali lipat dari elektabilitas Ahok dan Ridwan Kamil. Ini artinya bahwa dukungan arus bawah kepada Anies sangat kuat. Masyarakat Jakarta masih menginginkan Anies untuk memimpin kembali Jakarta.
Merespon sejumlah hasil survei itu, empat partai di wilayah Jakarta mengusulkan agar partainya mengusung Anies untuk maju di Jakarta. Empat partai itu adalah PKS, PKB, Nasdem dan PDIP.
DPP PKS telah merespon usulan DPW-nya, lalu mengumumkan dukungannya kepada Anies. Bahkan PKS mendeklarasikan Anies berpasangan dengan Sohibul Iman. Sementara DPW PKB, Nasdem dan PDIP masih menunggu keputusan DPP merespon usulan mereka.
Belakangan, PKB menyatakan akan pindah haluan. Tegas diungkapkan oleh waketum PKB, Jazilu Fawaid ke publik. Kata Jazilul: "sudah ada tawaran dari KIM (Koalisi Indonesia Maju)". Pasti tawaran menarik dan menggiurkan. Sulit ditolak. Anda kalau dapat tawaran itu, belum tentu bisa menolak. Dahsyat bro tawarannya. Kalau diceritakan, badan anda bisa gemeter.
Baca juga:
Tony Rosyid: Anies dan Fenomena Capres 2024
|
Sementara Nasdem, sejumlah kader kabarnya sedang menggigil. Kali ini, Nasdem sedang menghadapi tekanan yang sungguh amat berat. Jika anda ditawarin madu atau racun, apa yang anda pilih? Nekat usung Anies, siap-siap Nasdem minum racun.
Jika PKB dan Nasdem tidak jadi usung Anies, maka ini kesempatan bagi PKS untuk exit dari Anies. PKS hanya punya pilihan untuk terima tawaran dari KIM. Paket Ridwan Kamil-Sohibul Iman bisa dirajut. PKS dapat cawagub tanpa ada partai yang protes. PKS juga akhirnya bisa masuk koalisi sesuai harapan, plus yang lain-lain.
Tapi anda gak boleh lupa. Sekenario sewaktu-waktu bisa berubah. Jelang pendaftaran, pasangan yang diusung KIM bisa Ridwan Kamil-Kaesang, atau malah Kaesang-Sohibul Iman. Siap-siaplah dengan berbagai kejutan.
Bagaimana dengan PDIP? Apakah PDIP akan ikut KIM yang berada dalam kendali Jokowi? Jika PDIP tidak mau, maka satu-satunya pilihan tersisa bagi PDIP adalah mengusung Anies bersama PKS. Apakah PKS mau? Bagi PKS, bersama KIM tentu saja kalkulasi politiknya jauh lebih banyak menguntungkan dari pada bersama PDIP berhadap-hadapan dengan dua penguasa. Penguasa baru dan penguasa lama. Sepertinya, PKS sudah merasakan beratnya kalau jadi oposisi lagi. Sungguh benar-benar amat sangat berat sekali.
Baca juga:
Tony Rosyid: Anies untuk Semua
|
Anies, meski didukung oleh arus bawah dan punya elektabilitas yang cukup tinggi, tapi jika arus atas tidak menghendaki, maka lewat juga. Kali ini, penguasa betul-betul menghitung bahayanya Anies jika dapat tiket. Maka, Anies harus dihentikan langkahnya agar tidak punya panggung di 2029.
Berbeda dari Anies Baswedan, Ridwan Kamil yang kabarnya otw ke Jakarta justru mendapat dukungan dari Arus atas, yaitu DPP partai yang tergabung dalam KIM (Koalisi Indonesia Maju). Info yang santer beredar di publik bahwa Ridwan Kamil maju atas perintah Jokowi. KIM yang didirijeni oleh Jokowi nampaknya "sami'na wa atha'na" kepada presiden. Apalagi Prabowo, pemenang pilpres 2024 inipun sepertinya memberi sinyal persetujuannya. Apakah karena Prabowo tidak mau terlihat berkonfrontasi dengan Jokowi, atau bahkan penjegalan terhadap Anies ini memang menjadi bagian dari startegi Prabowo? Sejarah nanti yang akan memberi tahu anda.
Baca juga:
Dandim Beserta Wabup Abdya Tinjau Pilkades
|
Elektabilitas Ridwan Kamil di Jakarta sangat rendah. Karena itu, tidak ada satupun partai tingkat DPW Jakarta yang mengusulkan Ridwan Kamil untuk maju di pilgub Jakarta. Artinya? Ridwan kamil adalah "paket arus atas".
Tiga hari ini muncul pertanyaan dari berbagai pihak. Bahwa Ridwan Kamil sudah sempat balik kanan dan kembali ke Jawa Barat, kenapa balik lagi ke Jakarta? Bukankah di Jawa Barat, peluang Ridwan Kamil menang bisa di atas 60 persen. Sementara di Jakarta? Elektabilitas Ridwan Kamil sangat rendah dan tidak ada satupun DPW yang mengusulkan.
Seorang kawan melalui group WA bertanya: "apakah ada kekuatan besar yang memberi jaminan bahwa Ridwan Kamil akan menang di Jakarta?". Apakah ini ada hubungannya dengan isu bahwa Anies tidak bakal dapat tiket maju, sehingga Ridwan Kamil bisa melenggang untuk mudah menang.
Ahok, mantan gubernur DKI Jakarta bilang: bahwa KIM tidak akan melawan kotak kosong. KIM akan melawan calon independen. Ahok berupaya meyakinkan publik seolah Ridwan Kamil yang diusung KIM tidak akan punya lawan, kecuali pasangan independen yang disiapkan. Dari ucapan Ahok memberi sinyal seolah sudah ada keyakinan bahwa Anies tidak bakal bisa nyalon di pilgub Jakarta.
Jika Anies gagal nyagub di Jakarta, maka kontestasi pilgub Jakarta adalah paket arus atas. Aspirasi warga yang dipotret oleh berbagai survei terabaikan. Tidakkah dalam politik di Indonesia, fakta ini yang sering terjadi? Arus bawah atau aspirasi rakyat hampir selalu diabaikan, dan negara melayani kebutuhan arus atas. Di situlah kendali oligarki terhadap bangsa ini selalu semakin meyakinkan. Kalau sudah begini, anda mau ngomong apa?
Jakarta, 5 Agustus 2024
Tony Rosyid*
Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa