Tony Rosyid: 5 Sekenario Pilgub Jakarta

    Tony Rosyid: 5 Sekenario Pilgub Jakarta
    Tony Rosyid

    OPINI - Jakarta itu seksi. Meski ibu kota pindah, Jakarta tetap lebih menarik dari IKN. Proyek besar ada di Jakarta. Perputaran uang terbesar ada di Jakarta. APBD terbesar, juga ada di Jakarta. Hampir 90 triliun. Semua media, kumpul di Jakarta. Jakarta sumber berita. Siapa yang jadi gubernur Jakarta, ia layaknya presiden yang doberitakan setiap hari. 

    Gubernur Jakarta bisa memanfaatkan media untuk branding dan menaikkan popularitas dirinya. Popularitas jadi modal efektif untuk naik satu langkah ke istana: jadi capres. Karena itu, semua mata mengungkap Jakarta. Khususnya mata penguasa. Penguasa lama, maupun penguasa baru. Penguasa lama berkepentingan untuk mengawal putra mahkota, yaitu Gibran. Penguasa baru berkepentingan untuk menjaga stabilitas dan masa depan kekuasaannya. Disinilah pentingnya Jakarta untuk direbut.

    Pengalaman mengajarkan penguasa untuk mendesain sekenario pilgub Jakarta jauh lebih rapi. Direncanakan jauh hari dengan persiapan yang matang, sistematis, dan melibatkan semua kekuatan. Tidak spontan, sporadis dan mengandalkan nasib baik. 

    Mencermati perkembangan dan dinamika pilgub Jakarta selama 4-5 bulan belakangan, mulai dapat dibaca potongan puzzle-puzzle-nya. Dari puzzle-puzzle yang berserakan ini bisa ditarik garis lurusnya bahwa ada lima sekenario yang telah lama disiapkan.

    Sekenario pertama, jegal Anies Baswedan. Calon potensial dan pemilik elektabilitas tertinggi. Menjegal Anies adalah langkah pertama dan utama yang harus sukses. Kalau penjegalan ini gagal, sekenario berikutnya bisa berantakan.

    Bagaimana jegal Anies Baswedan? Cegah Nasdem, PKB dan PKS calonkan Anies. Berikan daftar kasus untuk sejumlah kader Nasdem. Rumor yang beredar, Surya Paloh, ketum Nasdem akan di-Airlanggakan. Gak tahu, apa maksud Surya Paloh di-Airlangga-kan. Kalimat ini sudah mulai ramai diperbincangkan publik.

    Bukannya Surya Paloh seorang fighter? Iya. Itu dulu, kata sejumlah sumber. Kali ini suasananya berbeda. Surya Paloh tidak setegar, sekuat dan segagah dulu. Apa yang beda? Anda mesti cari sumber yang lebih akurat.

    Ketum PKB Muhaimin Iskandar lagi digoyang melalui hak angket PBNU. Pilihannya: mau diganti sebelum pelantikan presiden atau setelahnya? Cak Imin, panggilan akrab Muhaimin, pasti pilih selamat. Kalau mau selamat, ya tinggalkan Anies. Gabung ke KIM (Koalisi Indonesia Maju). Belum dikethui publik, apa hasil "sowan" Cak Imin ke Prabowo beberapa hari lalu.

    Bagaimana dengan PKS? Di mata publik, PKS nampak ngebet untuk bergabung. Presiden PKS terus terang ke Sufmi Dasco, ketua harian Gerindra, minta diajak gabung. Satu-satunya cara bergabung, ya tinggalkan Anies.

    PKS memberi deadline waktu ke Anies sampai tanggal 4 Agustus. Jika Anies gagal cari partai tambahan, PKS exit. PKS akan tinggalkan Anies. Deadline ini diasumsikan oleh publik bahwa PKS seolah sengaja kasih deadline Anies agar segera bisa exit dari Anies. Namanya juga asumsi. Bisa benar, bisa juga salah.

    Anies, melalui voice note yang beredar luas di medsos telah membantah kalau dirinya diberi deadline oleh PKS, sebagaimana yang sering diungkapkan oleh jubir PKS le media. Mana yang benar? Anies atau PKS? Hanya Tuhan dan mereka yang tahu.

    Santer isu, akan ada deklarasi besar-besaran di seluruh Indonesia untuk meninggalkan PKS, jika Anies gagal nyagub. Benarkah? Namanya juga info berseliweran. Harus cek and receck. Tapi, kabar ini sudah santer mulai sebulan lalu. Ya, namanya juga dinamika politik. Kalau gak seperti ini, gak seru.

    Sekenario kedua, usung Kaesang. Sejak ada keputusan Mahkamah Agung No 23/P/HUM/2024 yang diakomodir oleh PKPU No 8 Tahun 2024, Kaesang ysng usianya belum genap 30 tahun saat pendaftaran pilgub punya kesempatan untuk nyagub atau nyawagub. Nama Ridwan Kamil atau RK yang sekarang mencuat dan santer akan ke Jakarta, boleh jadi disiapkan sebagai alternatif. Buktinya? Dari 10 cagub Golkar yang sudah diumumkan, nama Ridwan Kamil belum muncul. Apa artinya? Meski KIM sudah lebih dari cukup untuk mengsung, belum ada satupun partai dari KIM yang deklarasikan Ridwan Kamil secara resmi. Apa artinya? Ini semua belum fix.

    Sekenario ketiga, jika Kaesang tidak memungkinkan maju ke pilgub Jakarta, maka Ridwan Kamil yang dimajukan. Kaesang tidak maju di Jakarta karena dua faktor. Karena Anies tetap bisa maju. Atau bergabungnya PKS ke KIM mensyaratkan yang maju itu Ridwan Kamil, bukan Kaesang. Maka sekenarionya adalah RK-kader PKS

    Sekenario keempat, siapkan paslon independen. Jika Kaesang atau RK maju di pilgub Jakarta, maka lawan yang mudah dikalahkan adalah paslon independen. Akan sangat berat jika lawan kotak kosong. Sebab, pilgub Jakarta berproses tidak normal dan tidak sehat. Akan ada perlawanan masif melalui kotak kosong. Kalau paslon independen bisa dikendalikan. 

    Sudah ada paslon independen yang sejak awal daftar, dan kabarnya lolos verifikasi. Apakah ini bagian dari sekenario? Mari kita dalami setiap info terkait paslon independen. Siapa sesungguhnya mereka? Tokoh tidak terlalu dikenal, tahu-tahu daftar lewat jalur independen. Nekat betul ! 

    Sekenario kelima, jadikan PDIP sebagai satu-satunya oposisi. Alias oposisi sendirian. Baik oposisi di tingkat nasional, maupun oposisi di berbagai wilayah, seperti Jakarta, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, Sumut, dan beberapa wilayah lainnya. Sakit bukan?

    Lima sekenario ini akan gagal jika PKS-PDIP sepakat usung Anies. Kuncinya ada di PKS. PDIP hampir tidak mungkin tidak usung Anies. Hampir tidak ada pilihan bagi PDIP selain usung Anies. Sementara PKS, partai dakwah ini punya dua opsi. Bisa ke KIM. Tapi, tetap ada kesempatan usung Anies bersama PDIP.

    Pilihan PKS, apakah tetap usung Anies Baswedan bersama Anies? Atau bergabung dengan KIM usung Kaesang atau Ridwan Kamil? Keputusan PKS tidak hanya akan menentukan nasib Anies Baswedan, tapi juga nasib masa depan PKS itu sendiri. Terutama ketika PKS berhadapan dengan konstituennya di seluruh Indonesia yang lebih menginginkan Anies.

    Jakarta, 12 Agustus 2024

    Tony Rosyid*
    Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa

    tony rosyid pks pdip gibran jakarta anies baswedan surya paloh pkb pbnu
    Tony Rosyid

    Tony Rosyid

    Artikel Sebelumnya

    Kongres Luar Biasa PWI: Zulmansyah Sekedang...

    Artikel Berikutnya

    Tony Rosyid: Tidak Ada Tempat Israel Di...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Mengenal Lebih Dekat Koperasi
    Hendri Kampai: Merah Putih, Bukan Abu-Abu, Sekarang Saatnya Indonesia Berani Jadi Benar
    Hendri Kampai: Swasembada Pangan dan Paradoks Kebijakan
    Hendri Kampai: Negara Gagal Ketika Rakyat Ditekan dan Oligarki Diberi Hak Istimewa
    Hendri Kampai: Pemimpin Inlander Selalu Bergantung pada Asing

    Ikuti Kami