Hendri Kampai: Macan Versus Banteng di Antara Kucing Garong dan Kabau Bacucuak Hiduang

    Hendri Kampai: Macan Versus Banteng di Antara Kucing Garong dan Kabau Bacucuak Hiduang
    Macan Versus Banteng di Padang Rumput

    PAINAN - Memilih pemimpin seperti memilih peliharaan, terpilih manusia macan, maka siap-siaplah untuk jadi santapan, macannya lapar para pemilih yang seyogyanya jadi tuannya pun dimakan.

    Para pemimpin macan ini jinak dan menggemaskan saat dia kecil, saat dia belum punya kekuatan, dan kemampuan apa-apa, dia berperilaku imut dan menyenangkan.

    Dia beri janji ini itu, kasih senyum pada siapapun untuk mendapatkan dukungan, bahkan mencium tangan dan kakipun dia jabani kalau diperlukan.

    Tapi setelah dia terpilih, alamiah dia sebagai macan, binatang buas pemangsa yang lemah akan dipertontonkan. Dia tidak boleh dikritik, senangnya dipuja dan dipuji, disanjung setinggi gunung, bahkan untuk mendapat sanjungan dan pujian membeli penghargaan pun dia mau.

    Beda lagi dengan kucing garong, manis di depan majikan, tapi ganas di belakang, menunggu majikan pergi untuk menghajar apa yang ada di tudung saji. Selalu tampak manis dan menggemaskan tapi aslinya garong, lengah sedikit langsung dia beraksi.

    Begitulah kisah para penjilat dan pencinta kekuasaan, meminta bagian pampasan perang, mencari zona nyaman, "bialah kapalo baluluak asa tanduak makan, batanam tabu di bibia, baladang di pungguang kawan, " jadi manusia munafik bukan lagi suatu aib, tapi suatu kebanggaan yang diumbar, puja-puji pejabat yang menguntungkannya, maki siapa saja yang mengkritisi.

    Hilang akal sehat dan logika, yang ada cuma dukungan membabi buta, yang terbayang cuma jabatan dan uang, bahkan untuk memunculkan fitnahpun mereka sanggup, membunuh karakter siapa saja yang berseberangan, asal tempat dia menyandarkan hidup dan cari makan tidak diganggu, orientasinya cuma satu tempat dia cari makan "aman."

    Bicara soal makan kerbau pun makan, tapi jangan seperti "Kabau Bacucuak Hiduang" ikut menurut si pemegang kuasa. Tapi jadilah Banteng si penguasa padang rumput, tak seekor macan pun boleh mengganggu, apa lagi sampai memakan atau merebut kemerdekaan.

    Banteng hidupnya berkelompok, saling menjaga, beda sekali dengan Kabau peliharaan yang mempunya prinsip, "Bialah Kapalo Baluluak Asa Tanduak Makan." Hidup menjadi opportunist, jauh dari kesetiaan, yang ada hanya peluang dan kepentingan pribadi. Injak bawah Jilat atas, bekerja seperti membelah bambu.

    Bahkan membunuh karakter kawanpun gak ada masalah asal kepentingan pribadi diamankan.

    PAINAN, 11/09/2020

    Hendri Kampai

    Pengamat Sosial dan Penggiat Literasi Media

    hendri kampai
    Tony Rosyid

    Tony Rosyid

    Artikel Sebelumnya

    Hendri Kampai: Hanya Pendidikan yang Memerdekakan...

    Artikel Berikutnya

    Jadi Buronan di Negaranya, Seorang WN Tiongkok...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Mengenal Lebih Dekat Koperasi
    Hendri Kampai: Merah Putih, Bukan Abu-Abu, Sekarang Saatnya Indonesia Berani Jadi Benar
    Hendri Kampai: Swasembada Pangan dan Paradoks Kebijakan
    Hendri Kampai: Negara Gagal Ketika Rakyat Ditekan dan Oligarki Diberi Hak Istimewa
    Hendri Kampai: Pemimpin Inlander Selalu Bergantung pada Asing

    Ikuti Kami